Ngomentarin Menkes di podcast Akbar Faizal Unensored

Beberapa lama ini beredar karena Kemenkes mau mengizinkan dokter asing masuk ke Indonesia. Kebetulan saya dapet tautan wawancara/podcast Budi Gunadi Sadikit (BGS) di acara Akbar Faisal Uncensored.

Dokter asing yang diizinkan masuk adalah dokter spesialis. Alasannya karena dokter spesialis sangat kurang. Output pendidikan untuk dokter spesialis sangat tinggi. Menkes sempat terbentur kewenangan menteri Nadiem (Dikti), bahwa fakultas kedokteran sempat dimoratorium padahal outputnya belum bisa memenuhi kebutuhan Indonesia. Menurut Menkes, dia udah memenuhi kekurangan alat dan fasilitas, tapi ternyata dokternya gak ada. Ini masalah yang pernah gw bahas juga waktu nulis tentang COVID.

Liat di grafik di bawah ini yg gw ambil dari our world in data. Bener, jumlah dokter di Indonesia dikit banget, mungkin kalo bicara spesialis, lebih parah lagi dari ini.

Emang kekurangan dokter ini udah dariiiiiiiiiiii dulu jadi masalah. Temen-temen yang fokus riset di development, terutama health econ, selalu bahas ini wkwk. Dan problemnya banyak, ga cuma alat per pasien tapi juga nakes per pasien! Investasi RS perlu, tapi ultimately

Pembicaraan pindah ke infrastruktur: pemerataan alat alkes. 3200 RS di kabupaten kota, cuma 300 yg punya alat mamografi katanya. buset. Dan dia bahas juga kekurangan alat-alat lain seperti alat yang bantu screen pencegahan stroke. Tonton sendiri deh buat detilnya.

Nah, bahas infrastruktur tentunya Tata kelola pengadaan alkes bakal disebut2. wk wk wk. muncul e-katalog, bahwa e-katalog lebih mahal daripada alkes di tempat lain. Sayang sekali BGS ga sebut-sebut soal TKDN, bahwa e-katalog ini harus punya TKDN. Padahal dia ekonom ya.

Tapi kemudian dia bilang tentang harga obat secara umum ,gak cuma yang dibeli pemerintah pake APBN lewat e-catalogue. Harga obat di Indonesia katanya bisa sampe 2-3x lipat. Gak mungkin cuma dari pajak, karena pajak doang ga akan sampe setinggi itu bedanya. Pasti ada masalah di industri, yang sayangnya nggak dielaborasi lebih jauh.

Pembicaraan beralih ke prioritas. Prioritas harus diberikan ke puskesmas. menarik. Puskesmas ga rame, tapi dokter asing rame karena mempengaruhi elit. Puskesmas cuma ada 20an% yang punya USG, screening stunting sesimpel bagi-bagi timbangan ke seluruh puskesmas. Menurut BGS, selama ini dia fokusnya malah ke puskesmas, sesuatu yang paling diperlukan buat masyarakat. Tapi yang rame kok malah soal dokter asing, sesuatu yang ada di dalam kepentingan “elit”, yang kayaknya sepertinya yang dia maksud adalah IDI dan beberapa dokter.

DIa juga bilang bahwa kita ga perlu regulasi baru. Infrasturktur legislasi saat ini sudah bisa macem-macem, misalnya BPOM perlu regulasi baru untuk naikin akuntabilitas apa engga, ternyata nggak juga. Yang ada aja diperkuat eksekusinya karena BPOM udah relatif otonom dan bisa diawasi BPK.

Gak perlu regulasi baru (cukup benerin eksekusinya) dan memulai preventif dari puskesmas adalah dua hal yang gw juga percaya, jadi at least di dua hal ini dia bicara hal yg gw sepakat.

Si Pak Menteri bisa jawab sampe detil, seperti misalnya permasalahan pengangkatan bidan yang diangkat oleh Rieke Pitaloka di acara yang sama sebelumnya. Juga bisa menjelaskan masalah di obat-obatan, obat apa yang gratis untuk penyakit apa, mengingat dia bukan dokter sih ini udah oke banget menurut gw. Gw pernah liat yang jauh lebih parah daripada ini. Jawaban-jawaban yang cukup detil ini biasanya nunjukin bahwa dia beneran kerja, at least pas lagi bahas masalah, dia beneran banyak dengerin dan pahamnya.

Tonenya BGS sepanjang podcast ini mirip banget sama beberapa isu di AS juga: elit vs masyarakat umum. BGS sepertinya beberapa kali menempatkan konsorsium dokter / IDI / subset dokter lainnya (dokter twitter? haha) bahwa kelompok inilah elitnya. Kelompok elit ini lebih suka membela kepentingan sendiri, dan ultimately membatasi dan mengontrol siapa yang bisa gabung ke klub mereka jelas ada di dalam kepentingan mereka. Ini mirip dengan masalah “guild” di eropa tahun 1400an, dan elit Amerika Serikat saat ini yang dibahas di buku “Six Faces of Globalization” karya Roberts dan Lamp. Emang iya ya IDI atau sejenisnya kayak begitu kenyataannya?

Nah next-nya ditease Azwar Anas, menterinya para PNS. seru nih kalo dia mau dateng. gw pasti nonton episode ini wkwk karena ini akan ngaruh ke semua profesi ASN, termasuk guru, dosen dan nakes.

Overall, menurut gw penjelasan BGS cukup lumayan banget sih. Gw juga suka build-up pak Akbar Faizal. Ga semua isi podcastnya gw bahas di tulisan ini, dan harap diingat gw bukan praktisi kesehatan jadi mungkin ada yang miss dari komentar gw. Kalo emang anda tertarik di isu-isu kesehatan seperti preventif di puskesmas, kedatangan dokter asing, dan sejenisnya, sebaiknya nonton langsung full bisa liat di sini.

Gimana? Ada yg saya miss? Komen aja ke twitter ku nanti kita bisa ngobrol2.

Krisna Gupta
Krisna Gupta
Dosen

Dosen di Politeknik APP Jakarta. Juga mengajar di Universitas Indonesia. Mitra senior di Center for Indonesian Policy Studies. Fokus penelitian tentang dampak kebijakan perdagangan dan investasi terhadap ekonomi Indonesia, terutama sektor manufaktur.

comments powered by Disqus